sumber gambar, FAUZAN/ANTARA FOTO
Sejumlah calon jemaah umrah berjalan kaki di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (8/1).
Untuk pertama kalinya, Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia kembali memberangkatkan jemaah umrah ke Arab Saudi setelah larangan terbang langsung dicabut per 1 Desember 2021.
Gelombang pertama sebanyak 415 jemaah berangkat pada 8 Januari dan ada tiga jadwal pemberangkatan lagi hingga 13 Januari dengan total ratusan jemaah. Keberangkatan ini terjadi di tengah meningkatnya kasus Omicron di banyak negara.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan kasus infeksi Omicron masih didominasi oleh wisatawan asing yang mencapai 295 kasus hingga 7 Januari.
Melihat hal tersebut, Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengimbau kepada warganya untuk tidak bepergian ke luar negeri, terutama negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang tinggi.
Epidemiolog Masdalina Pane juga meminta pemerintah Indonesia konsisten dan disiplin dalam menerapkan karantina bagi pelancong internasional. Selama ini masih ada beberapa pelanggaran yang menyebabkan kasus Omicron masuk ke masyarakat, ujarnya.
Namun, Direktur Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan, pemerintah Indonesia dan Arab Saudi telah mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah infeksi COVID-19 di jemaah.
Di Indonesia, Kementerian Agama memberlakukan kebijakan satu pintu atau satu pintu kebijakan satu pintuyakni seluruh jemaah umroh harus dikarantina selama satu hari di Asrama Haji Jakarta, sebelum diberangkatkan.
“Dengan kebijakan satu pintuberangkat dari asrama haji, untuk memastikan [para jemaah] ikuti protokolnya dulu, sesuai dengan persyaratan Saudi. Untuk PCR-nya sudah ditentukan lab yang direkomendasikan KBRI Arab Saudi, memenuhi apa yang diminta dan juga sudah ditentukan pemerintah Indonesia,” kata Hilman kepada BBC Indonesia.
Setibanya di Arab Saudi, jemaah haji juga harus menjalani beberapa tes PCR dan karantina selama lima hari, lanjut Hilman.
sumber gambar, FAUZAN/ANTARA FOTO
Kementerian Agama memberangkatkan 415 jemaah umrah setelah Arab Saudi mencabut larangan penerbangan langsung akibat pandemi Covid-19.
Hilman menghimbau kepada seluruh biro perjalanan umrah untuk mematuhi kebijakan ini agar pengawasan bisa lebih mudah. Kemenag mengatakan akan mengevaluasi keberangkatan umrah ini untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
“Pesan saya tidak boleh diremehkan tentang kebijakan satu pintu Ini karena kami tidak bermain-main. Ini diplomasi yang harus kita jaga, komitmen yang kita jaga antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi,” ujarnya.
Harapannya, pelaksanaan umroh juga bisa menjadi acuan pelaksanaan haji di tengah pandemi.
Arab News menyebut jumlah kasus positif Covid-19 di Arab Saudi meningkat dua kali lipat dalam sepekan akibat varian Omicron. Pada 9 Januari, Worldometer mencatat tambahan 3.460 kasus positif di Arab Saudi, membawa negara itu ke posisi ke-17 dalam hal kasus positif harian.
Kasus Omicron terbanyak dari Turki dan Arab Saudi di Indonesia
Tanpa menyebut angka pastinya, Kementerian Kesehatan baru-baru ini mengumumkan bahwa kasus infeksi Omicron terbanyak berasal dari pelancong yang berasal dari Turki dan Arab Saudi.
Hingga 7 Januari, jumlah total infeksi Omicron Covid adalah 318 kasus, dengan 92 persen didominasi oleh pelancong luar negeri.
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban juga mengimbau warga tidak bepergian ke luar negeri karena khawatir Omicron akan membuat jumlah kasus positif Covid di Indonesia melonjak dan membanjiri fasilitas kesehatan, seperti yang terjadi. pada pertengahan 2021, ketika Delta menyebar ke seluruh dunia.
“Kalau tidak terlalu penting ya tidak usah. Di masa depan, kan? [kasus Omicron] Ada cukup banyak, transmisinya sangat cepat, itulah yang membuat saya khawatir. Begitu transmisinya sangat cepat, kasusnya akan sangat besar. Kalau kasusnya terlalu banyak, rumah sakit akan mulai terbebani,” kata Zubairi.
sumber gambar, FAUZAN/ANTARA FOTO
Petugas kesehatan melakukan tes swab PCR terhadap warga di Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Rabu (5/1).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga meminta masyarakat tidak bepergian ke luar negeri. Pada Desember 2021, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan juga meminta hal yang sama.
Namun nyatanya, masih banyak warga yang melakukan perjalanan ke luar negeri saat liburan Natal dan Tahun Baru.
Karantina 14 hari atau tidak sama sekali
Ahli epidemiologi Masdalina Pane mengatakan, sebenarnya bepergian ke luar negeri tidak akan menimbulkan risiko besar penularan lokal jika keamanan di pintu masuk benar-benar ketat dan disiplin.
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus konsisten dan tegas dalam menerapkan karantina sebagai upaya pencegahan.
“VarianT keprihatinan meskipun terus ada dan meningkat. Tidak harus membuat kita menutup pintu masuk atau hubungan internasional kita dengan negara lain, asalkan kita kembali ke karantina. Jadi, kalau mau pergi, silakan, tapi pulang di karantina. Nah karantina ini harus ditertibkan,” kata Masdalina.
Karantina, kata dia, harus mengikuti pengendalian wabah yang dikomandoi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 14 hari, sesuai masa inkubasi virus.
“Jadi tidak usah pusing-pusing dengan angka 5 hari, 7 hari, 10 hari. Konsepnya karantina hanya ada dua, karantina 14 hari atau tidak ada karantina sama sekali. Bolehkah karantina kalau tidak ada karantina? varianT keprihatinan beredar di tingkat global,” kata Masdalina.
Hal ini ditekankan oleh Masdalina, karena masih ada kasus pelanggaran karantina di Indonesia.
Baru-baru ini, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan ada beberapa pelanggaran yang ditemui di lapangan, seperti praktik joki karantina, pergaulan bebas dengan pihak luar, hingga negosiasi dengan petugas agar bisa menjalani karantina di rumah. rumah.
sumber gambar, GALIH PRADIPTA / ANTARA FOTO
Pekerja Migran Indonesia (PMI) menunggu kendaraannya usai menjalani karantina di kompleks Rumah Susun Pasar Rusun (Rusun), Jakarta.
Masdalina juga menemukan informasi yang sama dari Wisma Atlet. “Mengerikan sekali. Selama karantina ada orang yang menjual mie rebus yang harganya 3-4 kali lebih tinggi.” Selain itu, juga ditemukan penjual boneka dan sim card.
“Apa sebenarnya ini? Konsep model karantina apa yang diterapkan? Filosofi karantina dirusak oleh petugas karantina sendiri,” kata Masdalina.
Dalam sepekan terakhir, kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan. Pada 3 Januari, kasus harian masih 174, namun jumlahnya terus meningkat hingga 6 Januari dengan total 533 kasus positif.
Pada 7-8 Januari ada sedikit penurunan, namun pada 9 Januari jumlah kasus positif naik lagi menjadi 529 kasus.
“Minggu ini ada peningkatan kasus dan peningkatan jumlah kasus tingkat positif yang dobel (dua kali lipat) dibandingkan minggu lalu. Sementara itu, kualitas karantina kita tidak begitu baik. Saya sudah mulai resah, ya,” kata Masdalina.