- Jonathan Beale
- Koresponden tentang masalah pertahanan di Ukraina
Letnan Denys Gordeev dan pasukannya menghadapi serangan militer Rusia berskala besar.
Pasukan Ukraina telah menguasai wilayah Donbas sejak 2014, meminggirkan perlawanan milisi pro-Rusia. Pasukan Ukraina masih menguasai daerah itu, tetapi pertempuran sporadis kini berubah menjadi perang skala besar.
Letnan Denys Gordeev terbiasa bertempur, tetapi tidak dalam kondisi ini. “Situasinya menjadi jauh lebih sulit. Kami menghadapi serangan bom dan roket setiap hari, setiap saat, setiap jam,” katanya.
Meskipun telah menghabiskan delapan tahun memerangi kelompok-kelompok yang didukung Rusia di Donbas, Gordeev dan anak buahnya sekarang menghadapi tentara Rusia yang lengkap.
Setelah menarik diri dari Kyiv tiga minggu lalu, Rusia memfokuskan kembali target militernya di Ukraina timur, dengan tujuan merebut semua wilayah Donbas.
Rusia telah memindahkan banyak unit tempur ke timur. Pejabat Barat memperkirakan Rusia sekarang mengerahkan sekitar 76 Batalyon Taktis, masing-masing dengan sekitar 800 orang, di wilayah tersebut.
Para pemimpin Barat juga mengutip beberapa bukti bahwa Rusia telah memperbaiki kesalahan yang mereka buat pada awal invasi.
Kondisi Rusia didukung oleh fakta bahwa medan perang mereka sekarang lebih sedikit dan bergerak di bawah komando terpadu.
Konsekuensi dari kondisi Rusia adalah perlunya pasukan Ukraina untuk mempertahankan garis depan pertempuran sepanjang 480 kilometer di Donbas.
Pasukan Ukraina telah hilang di beberapa lokasi dan diyakini akan turun lebih banyak lagi dalam beberapa hari mendatang. Militer Rusia, di sisi lain, terus menyerang untuk menemukan titik lemah dalam pertahanan Ukraina.
Sejauh ini Rusia telah menguasai kota Izium di Ukraina utara serta di sekitar Severedonetsk dan Popasna di timur.
Rusia melakukan serangan dari berbagai arah, meski belum melakukan terobosan besar.
Letnan Gordeev mengatakan dia dan anak buahnya mengalami efek dari situasi ini. Sehari sebelum kami bertemu dengan mereka, salah satu anak buah Gordeev terbunuh dan lima lainnya terluka.
Jumlah korban hanya sebagian kecil dari korban harian di kubu Ukraina, meskipun sejauh ini tidak ada angka resmi.
Kami mencoba mengunjungi rumah sakit lapangan terdekat tetapi otoritas medis mengatakan mereka terlalu sibuk untuk bertemu wartawan.
Lantas apakah ini pencapaian besar bagi pasukan Rusia yang sudah banyak diramalkan sebelumnya? Atau apakah ini hanya awal dari serangan gencar Rusia lainnya? Tidak ada jawaban yang jelas.
Untuk saat ini sebagian besar tentara Rusia menggunakan artileri dan roket untuk menghancurkan pertahanan Ukraina. Beberapa ahli militer memperkirakan serangan yang lebih besar mungkin masih akan diluncurkan oleh Rusia.
Dan pasukan Ukraina, termasuk kelompok yang dipimpin oleh Letnan Gordeev, kemungkinan besar akan bertahan. Namun beberapa ahli menilai jumlah pasukan Ukraina tiga kali lebih kecil dari Rusia.
Para ahli juga memperkirakan bahwa Ukraina mungkin harus melakukan apa saja untuk mempertahankan kota-kota utama untuk mempersulit pasukan Rusia.
Letnan Gordeev mengizinkan saya untuk melihat garis depan pertempuran selama interval singkat baku tembak. Di pos komando, mereka membangun sudut doa dengan salib dan patung serta gambar Perawan Maria.
Pasukan Ukraina berdoa untuk kemenangan. Tapi garis depan bukanlah tempat untuk kontemplasi atau perdamaian. Di sana Anda masih bisa mendengar ledakan artileri.
Pasukan Ukraina mendirikan sudut doa di garis depan pertempuran melawan Rusia.
Dalam perjalanan singkat ke parit di garis depan, Letnan Gordeev memberi tahu saya bahwa mortir dan penembak jitu merupakan ancaman konstan bagi mereka. Mereka berselisih 600 meter dari pasukan Rusia.
Lanskap sebagian besar wilayah pedesaan terbuka. Barisan pepohonan memberikan perlindungan, tetapi kami cukup dekat untuk mendengar ledakan dan tembakan senjata ringan.
“Pasukan Rusia terus berdatangan ke wilayah Ukraina. Kami tidak tahu kapan mereka akan berhenti menyerang. Kami tidak tahu kapan perjalanan mereka berakhir,” kata Gordeev.
Sebelum perang ini pecah, Letnan Gordeev adalah seorang pengacara. Ia berharap suatu hari ia bisa kembali ke kehidupan lamanya. Tapi untuk saat ini Gordeev fokus memenangkan perang.
Di bawah parit, jauh dari pandangan musuh, suasana tampak lebih santai, meskipun wajah lelah para prajurit menunjukkan ketegangan pertempuran.
Para prajurit menunjukkan kepada kami beberapa senjata yang mereka gunakan, termasuk senapan mesin berat Soviet DschK, yang digunakan dalam konflik di seluruh dunia, dan berbagai granat berpeluncur roket.
Persenjataan ini sebagian besar merupakan peninggalan era Uni Soviet. Pasukan juga dengan bangga memamerkan rudal anti-tank yang dibuat dan dipasok oleh Inggris.
Seorang tentara Ukraina memegang rudal anti-tank yang dipasok pemerintah Inggris.
Salah satu anak buah Letnan Gordeev dilatih oleh militer Inggris untuk menggunakan rudal, tak lama sebelum perang dengan Rusia pecah.
Mereka sejauh ini menggunakannya untuk menghancurkan tank Rusia. “Kita membutuhkan senjata ini,” ulang Gordeev.
Rusia, kata Gordeev, adalah negara militer. Di sisi lain, Ukraina tidak memiliki kemampuan untuk memelihara senjata. Senjata yang disediakan oleh Barat, menurut dia, akan sangat mempengaruhi hasil dari perang ini.
Letnan Gordeev mengatakan moral pasukannya tetap tinggi. Mereka berjuang untuk mempertahankan tanah air mereka.
Tetapi Presiden Rusia, Vladimir Putin, menginginkan dan membutuhkan apa yang dia sebut kemenangan.
Dia mungkin ingin mencapai target itu pada 9 Mei, serta merayakan parade Hari Kemenangan Rusia.
Ukraina mungkin memiliki waktu untuk bertahan, tetapi mungkin akan terbayar jika pasokan senjata dari Barat terus mengalir dan jika mereka dapat menahan serangan gencar Rusia.