sumber gambar, Haramain Syarifain/Twitter
Sholat berjamaah di Masjidil Haram, Mekkah, Minggu (17/10), tidak lagi menerapkan social distancing.
Dua orang Indonesia yang beribadah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, setelah tempat suci umat Islam dibuka secara penuh, mengatakan pengalaman mereka “luar biasa” dan mengharukan.
Ahmad Thobibuddin dan Abdul Jalil Abdullah Musfi, termasuk di antara ribuan jamaah pertama di Masjidil Haram setelah protokol kesehatan dicabut. Langkah yang sama juga dilakukan di Masjid Nabawi di Madinah setelah hampir satu setengah tahun ditutup dan dibatasi karena pandemi Covid-19.
“Masuk Masjidil Haram hanya diminta [aplikasi] Tawakalna, sudah divaksin dua kali dan (dikonfirmasi) tidak ada penyakit. Masuknya mudah, tidak ada pemeriksaan di pintu di halaman,” kata Thobibuddin, kepada BBC News Indonesia, Senin (18/10).
Thobibuddin mengatakan, ia melakukan iktikaf pada waktu Zuhur, Ashar, dan Maghrib, dan jamaah tidak diminta keluar masjid. “Gratis, sholat juga ketemu, tidak ada jarak,” tambahnya.
“Alhamdulillah semua senang. Buka masker di jalan itu gratis, kecuali di tempat yang banyak orang tetap dianjurkan pakai masker,” ujarnya.
Ia mengatakan situasi tidak seramai sebelum pandemi Covid-19, karena belum banyak negara di luar Arab Saudi yang masuk, termasuk dari Indonesia.
Tapi di negara-negara Teluk, saya lihat jemaah sudah masuk, seperti dari Irak, dari Suriah, juga banyak rombongan umrah,” kata Thobibuddin.
Untuk umroh, masuk dari tempat khusus yang memiliki catatan vaksinasi lengkap. “Tapi bagi yang shalat lima waktu, gratis,” katanya.
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengatakan Senin (18/10) saat ini sedang mempersiapkan rencana penyelenggaraan umrah dan haji dengan jumlah jemaah seperti sebelum pandemi dengan mengutamakan keselamatan jemaah.
sumber gambar, Haramain Syarifain/Twitter
“Masya Allah saya merinding melihat tawaf. Kemarin kami sholat dari lantai dua, kami melihat tawaf seperti hari biasa. Ribuan orang tawaf, tidak ada jarak. Saya merinding melihatnya,” kata Tobiduddin.
Thobibuddin – yang bekerja dan tinggal di Jeddah – beribadah di Masjidil Haram bersama Abdul Jalil Abdullah Musfi.
Ustaz dan warga Mekkah yang juga bekerja sebagai asisten manajer penjualan Hotel Anjum, mengaku sangat kehilangan ketika Masjidil Haram ditutup dan dibatasi dalam satu setengah tahun terakhir.
“Kami menangis, tidak terbayangkan umat Islam tidak bisa masuk Masjidil Haram,” kata Abdul Jalil.
“Seperti orang yang berpuasa menunggu untuk berbuka, [kami] haus melihat Masjidil Haram.”
Abdul Jalil, yang telah tinggal di Mekah selama lebih dari 30 tahun, mengatakan dia berhubungan dengan banyak calon jemaah umrah dan agen perjalanan dari Indonesia, yang diperkirakan akan diizinkan masuk November ini.
sumber gambar, Thobibudin
Ahmad Thobibuddin dan Abdul Jalil berada di dalam Masjidil Haram di Mekkah, Minggu (17/10).
Sejak pelonggaran protokol kesehatan, para imam di Masjidil Haram di Mekkah dan juga di Masjid Nabawi di Madinah telah meminta jamaah untuk meluruskan salat dan merapatkan barisan sebelum salat dimulai.
Ini adalah pertama kalinya shalat berjamaah di dua masjid dilakukan tanpa jarak sosial atau jaga jarak, karena pandemi Covid-19 terjadi secara global sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Selama ini, otoritas Arab membatasi jumlah jamaah dan shalat berjamaah harus dilakukan di bawah protokol kesehatan yang ketat.
Akibat pandemi, ibadah haji hanya diikuti oleh puluhan ribu orang yang tinggal di Arab Saudi, padahal ibadah ini biasanya dihadiri sekitar 2,5 juta orang dari seluruh dunia.
Pembatasan kapasitas dan kewajiban social distancing di Masjidil Haram di Mekkah akan dicabut mulai Minggu (17/10).
Pengelola Masjidil Haram, Dr Saad bin Mohammed Al-Muhaimid mengatakan, pencabutan pembatasan kapasitas itu dilakukan dengan tetap memastikan keamanan bagi jemaah.
sumber gambar, Haramain Syarifain/Twitter
Sholat di Masjid Nabawi, Madinah. Rapat staf bersamaan dengan pencabutan social distancing.
Al-Muhaimid menambahkan, jemaah haji tetap diwajibkan memakai masker dan melakukan reservasi melalui aplikasi khusus.
Media resmi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Haramain Syarifain, melalui Twitter menjelaskan, jemaah haji harus melakukan reservasi melalui aplikasi Tawakalna atau Eatmarna.
Jamaah haji berusia 12 tahun ke atas juga harus divaksinasi dua kali.
Akun Haramain Syarifain juga mengunggah foto-foto shalat berjamaah di Masjidil Haram tanpa menjaga jarak. Caption pada postingan tersebut berbunyi, “Jalan menuju normalitas.”
Pencabutan kapasitas dan pelonggaran social distancing mulai diterapkan pada pelaksanaan salat Subuh berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Minggu (17/10).
sumber gambar, Haramain Syarifain/Twitter
Masker tidak harus dipakai di tempat terbuka, kecuali di tempat-tempat khusus seperti Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Foto-foto yang beredar menunjukkan para jamaah berdiri dalam barisan yang lurus dan rapat.
Sebelumnya, para pekerja di Masjidil Haram usai Isya pada Sabtu (16/10) terlihat melepas stiker yang menandakan jamaah harus menjaga jarak satu hingga dua meter yang telah ditempel di lantai masjid.
sumber gambar, Haramain Syarifain
Mulai Minggu (17/10), social distancing tidak lagi diwajibkan di acara-acara publik atau di tempat-tempat umum seperti transportasi umum, restoran, bioskop, dan pusat perbelanjaan.
Masker juga tidak harus dipakai di ruang terbuka, kecuali di tempat-tempat khusus seperti Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.